MABASA Makaroni Banyak Rasa

Sejatinya, bisnis makaroni yang dijalankan Mabasa dimulai sejak tahun 1997. Hingga saat ini, grafik bisnis Mabasa terus menunjukkan peningkatan. Bukti bahwa bisnis ini cukup sustain.

Meski sudah memulainya sejak lama, pengembangan bisnis makaroni biasa menjadi Mabasa (Makaroni Banyak Rasa) baru dilakukan pada 2010. Mabasa yang dibesut Dian F. Luthfie(yang akrab di sapa kang Ian) merupakan modifikasi bisnis makaroni yang dijalankan sang kakak, Asep Nugraha, sejak 1997. Bisa dibilang, di kategori bisnisnya, Mabasa merupakan pioneer. Bahkan hingga saat ini, Mabasa nyaris melenggang tanpa kompetitor langsung.

“Mulai ada yang meniru-niru (makaroni beragam rasa), tapi tidak bertahan lama,” kata Ianmenjelaskan. Kompetitor snack kemasan lain diluar makaroni yang saat ini tengah booming, Ian menerangkan, tidak terlalu mempengaruhi tarikan bisnis Mabasa.

Memasuki tahun ketiganya, Mabasa terus menunjukkan performa bisnis yang baik. Sejauh ini, Mabasa sudah hadir di 26 kota di Indonesia. Jumlah outletnya mencapai lebih dari 500 gerobak. Gerobak bisnis Mabasa yang bermarkas di Bandung sudah mencapai kota diluar pulau jawa seperti Medan, Bali, Makassar, hingga Manado. Itu membuktikan bahwa produk makaroni racikan Ian bisa diterima masyarakat banyak. Apalagi, lanjutnya, di daerah yang belum ada makaroni banyak rasa seperti yang ditawarkan Mabasa. Dari berbagai rasa makaroni yang tersedia, makaroni balado, kaju, dan ayam lada hitam menjadi yang paling digemari oleh konsumen. Selain itu, ada juga rasa barbeque, pizza, dan Sambal jeruk nipis.

MABASA Ingredients and Equipment

MABASA Outlet

Ian juga menyampaikan, tidak sedikit mitra Mabasa yang memiliki lebih dari satu gerobak. Bahkan ada yang sampai punya 22 gerobak. Setidaknya ada dua hal utama yang membuat para mitra tertarik berbisnis Mabasa. Pertama, kata Ian, bisnisnya praktis. Mitra atau agen tidak perlu direpotkan urusan masak-memasak. Mitra langsung mendapatkan makaroni dalam bentuk matang, tinggal mengaduk atau mencampurnya dengan rasa atau bumbu yang dipesan konsumen. Kedua, investasi buka Mabasa cukup terjangkau. Untuk menjadi mitra gerobak dorong investasinya sebesar Rp 3,5 juta. Sedangkan gerobak diam sebesar Rp 3 juta. Profit yang didapat dari bisnis Mabasa juga cukup lumayan. Persentase profit tiap bungkusnya sekitar 45%.

“Banyak mitra yang awalnya tidak serius menjalankan bisnis Mabasa. Tapi akhirnya tidak sedikit yang memilih resign dari tempat kerjanya untuk fokus mengurus Mabasa. Dilihat dari nilai investasinya memang kecil, namun keuntungan yang didapat cukup besar, sehingga mitra yang awalnya tidak serius menjadi serius,” tutur Ian.

Memasuki tahun 2013, Ian mengaku akan terus membiakkan gerobak Mabasa sebanyak-banyaknya. Target tersebut dipancang mengingat kapasitas pabrik serta SDM Mabasa yang dirasa mampu mensupport pengembangan Mabasa lebih luas lagi. Banten menjadi salah satu wilayah ekspansi yang menurut Ian cukup potensial untuk Mabasa. Disamping itu, wilayah lain diluar pulau jawa juga masih menarik. “Makaroni ini sudah berjalan sejak 1997. Tiap tahun selalu ada kenaikan penjualan. Karena itu ke depannya, saya rasa masih potensial,” ujarnya.