Tiongkok berhasil melaporkan kembali inflasi positif pada periode Februari kemarin. Tingkat inflasi berada di level 0,7% di atas ekspektasi para analis. Simak selengkapnya di Sini!
China Akhirnya Catatkan Inflasi +0,7%
Terakhir kali Tiongkok mengalami inflasi adalah 6 bulan lalu atau tepatnya pada Agustus 2023. Sejak itu, mereka terus mencatatkan inflasi negatif (deflasi). Hingga akhirnya, Tiongkok berhasil melaporkan kembali inflasi positif pada periode Februari kemarin. Tingkat inflasi berada di level 0,7% di atas ekspektasi para analis, didukung oleh liburan Tahun Baru Imlek yang memicu peningkatan pengeluaran konsumen sehingga mendorong terjadinya kenaikan harga (inflasi).
China berjuang melawan deflasi hampir sepanjang tahun lalu karena lesunya pasar properti, kejatuhan pasar saham, dan tingkat kepercayaan konsumen yang meredup. Bank Rakyat China (PBOC) telah beberapa kali menurunkan suku bunga dengan harapan meningkatkan pinjaman bank dan mengembalikan inflasi ke targetnya sebesar 3%. Namun, inflasi secara CPI hanya mencapai 0,2% pada tahun 2023, jauh di bawah ekspektasi.
Deflasi buruk bagi ekonomi karena konsumen dan perusahaan mungkin menunda pembelian atau investasi dalam antisipasi penurunan harga lebih lanjut. Hal tersebut akhirnya mengakibatkan melemahnya pertumbuhan ekonomi imbas pengeluaran yang lebih sedikit, penundaan ekspansi atau penciptaan bisnis, serta tingkat pengangguran yang lebih tinggi.
Langkah Xi Jin Ping Selamatkan Kejatuhan Saham China
Beberapa langkah diambil oleh para pejabat di China untuk menyelamatkan bursa saham, di antaranya:
- Pemangkasan Suku Bunga Pinjaman: bank-bank China memangkas suku bunga dasar pinjaman di beberapa jenis maturity. Suku bunga acuan dipotong sebesar 25 basis poin. Suku bunga KPR jangka 5 tahun menjadi 3,95%
- Copot Regulator: Beijing mengganti kepala regulator sekuritasnya
- Stimulus Moneter: Beijing menambahkan sekitar 1 triliun yuan ke dalam pasar serta memangkas rasio GWM bank
- Paket Penyelamatan Saham: para pembuat kebijakan sedang mempertimbangkan untuk menggunakan dana sekitar 2 triliun yuan, terutama dari simpanan di luar negeri untuk membeli saham-saham di dalam negeri. (bbi/aye)
- Editor : Agung Yunianto. SIP
- Sumber : pluang.com